Kembangkan Desa Wisata Bahari Di Kebumen, KKP Lakukan Diskusi
Kembangkan Desa Wisata Bahari Di Kebumen, KKP Lakukan Diskusi
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jasa Kelautan mengadakan diskusi terpumpun dengan kelompok pengelola wisata bahari Lembu Purwo dan organisasi perangkat daerah di Kabupaten Kebumen, terkait dengan pengembangan wisata bahari, pada sabtu (14/3). Tahun 2019 lalu, Direktorat Jasa Kelautan memberikan stimulan bantuan sarana untuk mendukung pengembangan wisata bahari di Dusun Lembupurwo, dengan harapan bantuan tersebut dapat mendorong upaya kelompok masyarakat untuk mengembangkan potensi pesisir berupa mangrove dan pantai sebagai atraksi wisata bahari.
Dalam arahannya, Direktur Jasa Kelautan, Miftahul Huda menyampaikan adanya Program Dewi Bahari atau Desa Wisata Bahari yang pengembangannya berbasis desa. Dengan basis tersebut, perencanaan pengembangan juga harus disusun oleh desa dengan memaksimalkan sumberdaya lokal yang ada. Dukungan dari organisasi perangkat daerah sangat diharapkan untuk mendorong dan mendampingi pengembangan Program Dewi Bahari, berikut pelibatan BUMN, NGO dan organisasi sosial lainnya.
Pada saat yang sama, Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Kebumen menggarisbawahi optimismenya mengenai pengembangan wisata bahari di daerah tersebut. Dengan dibukanya bandara baru, Yogyakarta International Airport yang hanya berjarak 34 km ke Dusun Lembu Purwo membuka peluang pengembangan tersebut. Selain itu, di dusun tersebut juga berkembang pembuatan garam dengan sistem tunnel yang selain mampu memproduksi juga menjadi tempat belajar bagi siswa/siswi Sekolah Usah Perikanan Menengah (SUPM) atau Politeknik Kelautan.
Selain ke Dusun Lembu Purwo, Direktur Jasa Kelautan juga berkunjung ke Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Pasir Mendit, tempat yang pada tahun 2015 dan 2017 mendapatkan program stimulus sarana pengembangan wisata bahari melalui Kelompok Masyarakat Wana Tirta. Hingga saat ini, lokasi yang dikelola oleh kelompok binaan Dinas Perikanan Kebupaten Kulon Progo tersebut masih dikunjungi, terutama mahasiswa yang berminat belajar mengenai ekosistem mangrove