Konservasi Penyu Desa Jogosimo : Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik
Konservasi Penyu Desa Jogosimo : Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik
Pegiat Konservasi Penyu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gajah Gunung, Desa Jogosimo, Kecamatan Klirong, sukses menetaskan dan melepasliarkan puluhan tukik ke laut. Rencananya, pokdarwis akan merintis tempat konservasi penyu menjadi eduwisata di kawasan objek wisata Kalibuntu. Ketua Pokdarwis Gajah Gunung, Desa Jogosimo, Achmad Munajat, mengatakan, saat ini proses konservasi satwa penyu itu dilakukan dengan cara sederhana. Sehingga menurutnya, pengelola konservasi penyu masih membutuhkan pendampingan secara pengetahuan, moril maupun materiil dari pihak-pihak terkait. Sejak penetasan Agustus 2018 lalu, pemeliharaan dan pengelolaan konservasi penyu masih dilakukan secara swadaya. Dia mengungkapkan sebetulnya masyarakat setempat buta bagaimana cara untuk menetaskan telur-telur penyu.
Biasanya, sebagian warga kalau menemukannya dijual. Harganya bervariasi, tetapi rata-rata Rp3.000 hingga Rp5.000 per butir. “Namun, sejak beberapa bulan silam, mulai muncul kesadaran dari warga untuk mengumpulkan telurnya agar bisa ditetaskan. Awalnya pada Mei silam, warga mengumpulkan telur-telur penyu yang ditemukan di gumuk pasir Pantai Jogosimo. Tetapi, karena belum tahu, warga membawa pulang terlebih dahulu.
Kemudian keesokan harinya dibawa ke gumuk pasir untuk ditetaskan. Namun, akhirnya gagal, karena telur harus dibawa pulang dulu. Meski tujuannya baik agar tidak hilang,” katanya. Sebulan berikutnya, warga kembali mengumpulkan telur-telur penyu dan kemudian ditetaskan di gumuk pasir pantai setempat. “Kami hanya menaruh pengaman sederhana, hanya pakai tiang-tiang kayu ditancapkan di pasir serta dengan tali rafia supaya tidak diganggu. Warga juga mengawasi setiap harinya. Ternyata, dengan cara itu akhirnya berhasil. Ada puluhan telur penyu yang menetas menjadi tukik,” jelas Munajat.
“Saat ini, ada sebanyak 21 tukik di tempat konservasi penyu. Sejauh ini perawatan dan pemeliharaannya kita masih swadaya,” ujar Munajat. Pihaknya mengaku belum mendapatkan pelatihan khusus terkait pengetahuan dan pemeliharaan penyu, baik itu dari para ahli maupun dari pihak terkait. Sejauh ini kegiatan di tempat konservasi penyu dilakukan dengan berdasarkan pengalaman warga setempat. Menanggapi hal itu, Sub Seksi Pendayagunaan dan Pelestarian LPSPL Serang, Jumadi Parluhutan Panjaitan, berjanji akan mengupayakan pengadaan pelatihan penanganan penyu guna mendorong proses konservasi di Desa Jogosimo. Ia meminta para penggiat konservasi penyu di tempatini selalu mendokumentasikan semua aktivitas dalam proses konservasi penyu. “Kalau sudah begini, udah tidak ada omong kosong. Sudah ada buktinya. Ya, akan kita upayakan untuk pelatihan penanganan penyu, nanti kita diskusikan lebih lanjut,” papar Jumadi.