Budidaya Lele Sistem Bioflok di Pesantren
Budidaya Lele Sistem Bioflok di Pesantren
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Budidaya mengembangkan budidaya lele dengan sistem bioflok di pondok pesantren. Di Kabupaten Kebumen, budidaya ikan lele dengan sistem baru itu, dikembangkan di Pondok Pesantren Darussa'adah (Petanahan), Nurul Hidayah (Alian), Tathmainul Qulub (Tamanwinangun), dan Madrasah Wattoniah Islamiah (Petanahan).
Di Pondok Pesantren Darussa'adah Desa Kritik, Kecamatan Petanahan sudah memasuki masa panen. Panen perdana secara simbolis dilakukan oleh Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Subiakto bersama Anggota Komisi IV DPR KRT Darori Wonodipuro, Minggu (24/12). Turut hadir Pelaksana Tugas (Plt) Sekda Mahmud Fauzi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen La Ode Haslan, pengasuh Pesantren Darussa'adah KH. Agus Adib Nasrulloh, serta sejumlah pejabat eselon II di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Slamet Subiakto menjelaskan, bioflok merupakan teknologi baru sistem pemeliharaan ikan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) yang bermanfaat sebagai makanan alami ikan.
Pertumbuhan mikroorganisme dipacu dengan cara memberikan kultur bakteri non pathogen atau probiotik dan pemasangan aerator yang akan menyuplai oksigen sekaligus mengaduk air kolam. “Dengan sistem bioflok ini akan meningkatkan efesiensi pakan, bisa menghemat sampai 50 persen dibandingkan sistem biasa. Tak hanya itu, air dari sistem bioflok ini juga sangat bermanfaat sebagai pupuk tanaman,” kata Slamet Subiakto .
Sistem bioflok, imbuh Slamet, dilakukan untuk mengubah citra budidaya ikan lele yang selama ini terkesan kumuh dan bau. Pasalnya, kolam dengan sistem bioflok, air kolam tidak mengeluarkan bau tak sedap atau amis. “Selain mendongkrak produksi ikan, budidaya lele dengan sistem bioflok juga untuk peningkatan konsumsi ikan masyarakat yang masih rendah. Tidak terkecuali di pondok pesantren, dimana santri konsumsi ikannya masih rendah,” paparnya.
Ia juga menyebutkan program itu juga untuk peningkatan gizi masyarakat Indonesia yang saat ini diimplementasikan kepada para santri.
Selain bantuan bioflok senilai Rp 200 juta, program yang diharapkan mampu meningkatkan produksi ikan lele budidaya ini diaplikasikan dengan pemberian sarana prasarana kepada 16 kelompok di Kebumen senilai Rp 55 juta/kelompok. Bantuan itu berbentuk 36.000 benih ikan lele dan 2,5 ton pakan. Total bantuan untuk tiga kabupaten yakni Kebumen, Purbalingga dan Banjarnegara mencapai Rp 3,715 miliar.
Menurut pendamping teknis Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Imam Fatoni, ikan lele jenis sankuriang itu ditebar pada 17 September lalu dan akhir Desember ini sudah bisa dipanen. Satu kolam yang ditebar 3.000 ekor benih lele.
"Selain dari sisi pakan sangat efisien, budidaya juga esifisiensi tempat dibandingkan dengan menggunakan kolam biasa," ujar Imam Fatoni.
---- Berita Terkait ----