Tambak Garam Urut Sewu Digarap Serius
Tambak Garam Urut Sewu Digarap Serius
KEBUMEN - Pemanfaatan lahan Urut Sewu di pesisir pantai selatan Kebumen memunculkan banyak potensi yang belum pernah digarap sebelumnya. Salah satunya tambak garam di Desa Miritpetikusan, Kecamatan Mirit.
Selama ini sudah terdapat tambak udang, agrobisnis, serta destinasi wisata. Kini, keberadaan tambak garam yang sudah berproduksi dua bulan lalu itu didorong mampu menghasilkan swasembada garam. "Minimal swasembada garam di daerah, syukur-sykur sampai swasembada nasional," kata Plt Sekda Mahmud Fauzi saat meninjau keberadaan tambak garam di Desa Miritpetikusan, Kamis (20/9).
Pihaknya melihat potensi tambak garam yang dikelola Kelompok Usaha Garam Rakyat Jagad Kidul Desa Miritpetikusan itu cukup besar. Terlebih dari hasil produksi yang ada sangat memuaskan. "Selain kualitasnya bagus, kandungan garamnya juga tinggi," terang Fauzi.
Dalam kesempatan itu, Fauzi melakukan pertemuan dengan anggota Kelompok Usaha Garam Rakyat Jagad Kidul Desa Miritpetikusan yang diketuai Puji Santoso.
Dikatakan Fauzi, dari pengalamannya mengunjungi tambak garam di sejumlah daerah, seperti di wilayah Pantura, Madura, dan Gresik, ia mengaku belum pernah melihat produksi garam sebagus di Urut Sewu.
"Di sini terlihat putih dan kristalisasinya juga lembut. Kalau di daerah lain kan agak kekuning-kuningan dan kasar," katanya.
Produksi tambak garam itu juga tepat untuk menyongsong beroperasinya bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo. Tokoh masyarakat Tatag Sajoko mengusulkan agar ada perbaikan jalan kabupaten menuju tambak garam itu. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen La Ode Haslan mengamininya.
Ketua Kelompok Usaha Garam Rakyat Jagad Kidul Desa Miritpetikusan Puji Santoso mengemukakan, pengembangan tambak garam yang dikelolanya dilakukan secara swadaya. Saat ini baru 0,5 hektare dan telah berproduksi empat kali, di mana perminggunya menghasilkan mencapai 4 kuintal garam. Menurutnya, pengembangan tambak garam itu diawali dari pelatihan yang dilaksanakan di Puring. Hingga kemudian dibentuk kelompok untuk membuka tambak udang di Miritpetikusan.
Prosesnya diawali dengan mengambil air laut untuk ditandon di bak penampungan. Kemudian dialirkan ke panel-panel untuk pemanasan dan penguapan. Selanjutnya dialirkan ke meja kristal dan sudah menjadi garam. Proses yang cukup sederhana itu bisa panen 4 - 6 hari.